Di dalam artikel saya kali ini, saya
akan membahas tentang pelapisan sosial dalam masyarakat. Masyarakat disini
khususnya adalah masyarakat di sekitar rumah saya. Dari penjelasan Bu Zulfa
saya dapat mengambil kesimpulsan bahwa pelapisan sosial sendiri adalah, susunan
vertikal dalam masyarakat.
Sudah kita ketahui , vertikal
sendiri berarti kan dari atas ke bawah, dalam pelapisan sosial, susunan yang
paling atas dianggap memliki fungsi atau wewenang paling tinggi, dan sebaliknya
pada posisi bawah memiliki wewenang paling sedikit. Itu bisa saya aplikasikan di dalam masyarakat sekitar rumah
saya. Di dalam masyarakat sekitar rumah saya juga ada pelapisan seperti ini.
Di dalam masyarakat rumah saya yang
memilik strata atau pelapisan paling tinggii berdasarkan jabatannya adalah
Kepala Desa, kepala desa dihormati dan dihargai karena memiliki jabatan yang
paling tinggi, beliau juga memiliki wewenang paling tinggi di desa karena dia
adalah pemimpin desa. Selain kepala desanya sendiri, istri dan anak-anak nya
maupun keluarga memiliki imbas juga, mereka juga disegani dan dihormati oleh
semua masyrakat, berarti juga dapat diambil kesimpulan bahwa jabatan atau
kedudukan seseorang tidak hanya berimbas
pada individu atau pribadi orang itu tetapi juga berimbas pada keluarganya.
Seseorang bisa dihormati karena
jabatannya , juga bisa dihormati karena menjadi anggota keluarga dari seseorang
yang memiliki jabatan tersebut. Seperti di desa saya, ketika ada perayaan hari
kemerdekaan, anak seorang lurah atau kepala desa selalu berperan jadi sosok
yang paling tersoroti, misalnya kalau yang lain cukup mengenakan busana-busana
atau kostum-kostum lucu , anak seorang lurah atau kepala desa selalu mengenakan
kostum ratu yang mewah dan lain dari pada yang lain, dan dia sangat menjadi
soroton pada acara perayaan hari kemerdekaan Indonesia.
Di dalam masyarakat desa saya selain
ada kepala desa yang memiliki strata atau lapisan tertinggi dalam segi jabatan,
ada juga strata tertinggi dari segi kekayaan. Orang kaya selalu lebih dihormati
dari pada orang miskin. Inilah yang terjadi di dalam masyarkat desa saya,
misalnya ada orang kaya yang memiliki hajatan, ketika seseorang istilahnya mau mbecek pasti mereka menyiapkan baju
terbaik dan terbagus, serta dilengkapi dengan perhiasan terbaik yang mereka
punya untuk mbecek kerumah orang kaya
yang berhajatan itu tadi. Uang mbecek yang
di serahkan ke orang kaya yang memiliki hajatan itu tadi juga biasanya nominalnya
lebih besar dari pada ke orang-orang pada umumnya.
Beda halnya jika ada orang misikin
atau kelas bawah yang memiliki hajatan, mereka mbecek hanya mengenakan baju
yang biasa-biasa saja, uang mbecek juga tak seberapa. Seakan-akan orang-orang
ini tidak menghormati si pemilik hajatan ini, padahal jika difikir-fikir , yang
membutuhkan banyak uang kan si orang miskin ini, tapi kok malah yang di becek I
dengan uang banyak kok malah si orang kaya tadi, inilah kebiasaan orang-orang
disekitar rumah saya. Hal ini terjadi karena mereka menganggap si miskin ini
nanti jika sewaktu-waktu mbecek pasti nominalnya juga tidak akan bisa besar,
maka dari itu ketika si miskin ini memiliki hajatan, uang yang di becek kan
kepada si miskin ini tadi nominalnya juga sedikit.
Di sekitar rumah saya memang masih
lumayan banyak orang-orang yang memiliki perekonomian menengah ke bawah.
Orang-orang ini biasanya memiliki pekerjaan, buruh tani, buruh pabrik,
penjahit, kuli bangunan, jadi pekerja di koperasi-koperasi rumahan (bank titil) dll. Biasanya orang-orang
ini dikelompokkan dalam strata bawah. Strata bawah ini biasanya hanya mengikuti
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh desa tanpa tau seluk beluk kebijakan ini
bagaimana, apakah kebijakan ini sudah benar atau belum dan lain sebagainya,
mereka tidak mau ikut campur dalam kebijakan-kebijakan yang ada, karena mereka
lebih fokus dalam bekerja keras untuk meningkatkan derajat mereka.
Bu Zulfa juga menyuruh untuk
mengklasifikasikan dimana posisi kita dalam pelapisan masyarakat yang ada. Posisi
saya di dalam pelapisan masyarakat di desa saya adalah pada posisi menengah ke
atas. Hal ini terjadi karena Bapak saya adalah seorang Sekretaris Desa atau di
desa lebih dikenal dengan Carik. Mau
tidak mau karena bapak saya memiliki jabatan seperti itu, orang-orang satu desa
banyak yang mengenal saya.
Dan ini berimbas ketika saya sedang
duduk di depan rumah, orang-orang desa saya yang lewat selalu menyapa saya,
baik itu tua ataupun muda. Saya sadar hal ini terjadi adalah karena pengaruh
dari jabatan Bapak saya, karena bapak saya orang yang lumayan berpengaruh di
desa saya, dan juga di hormati di desa saya, maka orang-orang desa saya juga
segan kapada saya, segan disini bukan berarti tunduk atau takut, tapi segan
disini lebih kepada ramah. Orang-orang di desa saya sangat ramah kepada saya.
Sampai-sampai pada suatu hari saya
sedang kehabisan bensin di wilayah luar desa saya. Saya menuntun motor saya
untuk menuju ke warung yang menjual bensin. Tiba-tiba dari kejauhan saya lihat
ada seseorang yang membawa bensin menuju ke saya. Ternyata orang itu memberikan
bensin itu ke saya. Orang tersebut ternyata teman bapak saya di desa dan saya
belum kenal, tapi beliau sudah tau dan kenal saya. Dia menolong saya karena
Bapak saya adalah temannya. Sebegitu besar nya pengaruh stratifikasi atau
pelpisan sosial yang ada dalam masyarakat.
Itulah tadi cerita pelapisan sosial di
masyrakat sekitar rumah saya.