Syah
Jehan tampil menggantikan Jihangir. Bibit-bibit disentegrasi mulai tumbuh pada
pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi
Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama
masa pemerintahannya , Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan
mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela
kemudian di usir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi
atau Khan Jahan, seorang Gubernur dari Provinsi bagian Selatan. Pemberontakajn ini
cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631
pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan di hukum mati. [1]
a. Latar
Belakang Keluarga
Shahab-ud-din
Muhammad Shah Jahan I (lengkap: Al-Sultan al-'Azam wal Khaqan al-Mukarram,
Abu'l-Muzaffar Shihab ud-din Muhammad, Sahib-i-Qiran-i-Sani, Shah Jahan I
Padshah Ghazi Zillu'llah [Firdaus-Ashiyani]) (dilafalkan: Shah Jehan,
Shahjehan. Urdu: شاه جہاں) (lahir 5 Januari 1592 – meninggal
2 Januari
1666 pada umur 73
tahun) adalah seorang raja ke-5 dari Dinasti Mogul di India. [2]
Nama kecil Syah Jehan adalah
Khurram. Ayahnya bernama Jahangir (memerintah 1605 – 1627), Raja ke-4 Dinasti
Mogul dengan gelar Nuruddin Muhammad al-Ghazi. Ibunya bernama Nur Jahan,
seorang permaisuri cantik dan cerdas, mempunyai pengaruh besar dalam
pemerintahan sehingga kekuasaan Raja Jahangir dikendalaikan oleh Nur Jahan, dan
baru berakhir setelah kematian Jahnagir.
Nur Jahan menginginkan agar
Syahriar-lah (anak Jahangir yang lain) yang menjadi Raja. Maka Syahriar, dengan
bantuan Nur-Jahan, mengadakan pemberontakan terhadap Syah Jehan; tetapi
pemberontak itu dapat dikalahkan oleh Syah Jehan. Syah Jehan berhasil
memperluas wilayah kekuasaannya dengan mengalahkan Raja Jhujhar Singh Bundela
(Penguasa Hindu di dekat Delhi) dan Khan Johan Lody (995 – 1040 H/1587 – 1631
M), bekas gubernur Deccan pada tahun 1631. Syah Jehan juga berhaasil mengalahkan
tentara Portugis di Hughli, di wilayah Bengal (Bangladesh sekarang).[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar