hai teman-teman ,di sini saya mau share sedikit ilmu yang sudah saya dapatkan dari pelajaran komputer dengan dosen saya Pak Rendra tentang Microsoft Excel dan SPSS .
Microsoft Office Excel memang dikenal dengan penggunaan rumus-rumus atau
formula dalam lembar kerjanya. Penggunaan rumus yang efektif akan
memudahkan Anda dalam membuat laporan pekerjaan dengan menggunakan MS
Excel. Formula atau rumus MS Excel adalah keunggulan tersendiri untuk
aplikasi ini, dengan kemampuannya dalam mengolah data melalui
perhitungan matematis yang sangat beragam fungsinya.
LOOKUP (Fungsi LOOKUP)
Gunakan LOOKUP, salah satu fungsi
pencarian dan referensi, saat Anda harus mencari di dalam satu baris
atau satu kolom dan menemukan nilai dari posisi yang sama dalam baris atau
kolom kedua.
Misalnya,
katakanlah Anda mengetahui nomor komponen untuk sebuah komponen mobil namun
Anda tidak mengetahui harganya. Anda bisa menggunakan fungsi LOOKUP untuk
mengembalikan harga di sel H2 ketika Anda memasukkan nomor komponen mobil di
H1.
Gunakan
fungsi LOOKUP untuk mencari satu baris atau satu kolom. Dalam contoh di atas,
kami sedang mencari harga di kolom D.
Ada dua cara menggunakan LOOKUP: Formulir vektor dan
formulir array
- Formulir vektor:
Gunakan formulir LOOKUP ini untuk sebuah nilai di satu baris atau satu
kolom. Gunakan formulir vektor saat Anda ingin menentukan rentang yang
memuat nilai-nilai yang ingin Anda cocokkan. Misalnya, jika Anda ingin
mencari nilai dalam kolom A hingga ke baris 6.
Array adalah kumpulan nilai di baris dan kolom
(seperti tabel) yang ingin Anda cari. Misalnya, jika Anda ingin mencari kolom A
dan B, hingga ke baris 6. LOOKUP akan mengembalikan kecocokan terdekat. Untuk
menggunakan formulir array, data Anda harus diurutkan.
Formulir
vektor LOOKUP mencari sebuah nilai dalam rentang satu baris atau satu
kolom (yang disebut vektor) dan mengembalikan nilai dari posisi yang sama dalam
rentang satu baris atau satu kolom kedua
Sintaks
LOOKUP(lookup_value,
lookup_vector, [result_vector])
Sintaks
fungsi LOOKUP membentuk vektor yang memiliki argumen ini:
- lookup_value Diperlukan.
Nilai yang dicari LOOKUP dalam vektor pertama. Lookup_value
bisa berupa angka, teks, nilai logika, atau nama atau referensi yang
merujuk ke sebuah nilai.
- lookup_vector Diperlukan.
Sebuah rentang yang hanya berisi satu baris atau satu kolom. Nilai-nilai
di dalam lookup_vector dapat berupa teks, angka, atau nilai
logika.
Penting Nilai-nilai dalam lookup_vector
harus ditempatkan dalam urutan naik: ..., -2, -1, 0, 1, 2, ..., A-Z, FALSE,
TRUE; jika tidak, LOOKUP mungkin tidak mengembalikan nilai yang tepat.
Teks huruf besar dan huruf kecil sama saja.
- result_vector Opsional.
Sebuah rentang yang hanya berisi satu baris atau satu kolom. Argumen result_vector
harus berukuran sama dengan lookup_vector. Harus memiliki
ukuran yang sama.
-
- Jika fungsi LOOKUP tidak
dapat menemukan lookup_value, fungsinya cocok dengan nilai
terbesar dalam lookup_vector yang lebih kecil dari atau sama
dengan lookup_value.
- Jika lookup_value
lebih kecil daripada nilai yang paling kecil dalam lookup_vector,
maka LOOKUP mengembalikan nilai kesalahan #N/A.
Anda bisa
mencoba contoh-contoh berikut dalam lembar kerja Excel Anda sendiri untuk
mempelajari cara kerja fungsi LOOKUP. Dalam contoh pertama, Anda akan
mendapatkan lembar bentang yang terlihat mirip dengan yang ini:
- Salin data dalam tabel berikut,
dan tempelkan ke lembar kerja Excel yang baru.
Salin
data ini ke dalam kolom A
|
Salin
data ini ke dalam kolom B
|
|
Frekuensi
4,14
|
Warna
merah
|
|
4,19
|
oranye
|
|
5,17
|
kuning
|
|
5,77
|
hijau
|
|
6,39
|
biru
|
|
- Berikutnya, salin rumus LOOKUP
dari tabel berikut ini ke dalam kolom D lembar kerja Anda.
Salin
rumus ini ke dalam kolom D
|
Inilah
yang dilakukan rumus ini
|
Inilah
hasil yang Anda lihat
|
Rumus
|
|
|
=LOOKUP(4,19,
A2:A6, B2:B6)
|
Mencari
4,19 di kolom A, dan mengembalikan nilai dari kolom B yang berada di baris
yang sama.
|
oranye
|
=LOOKUP(5,75,
A2:A6, B2:B6)
|
Mencari
5,75 di kolom A, mencocokkan nilai terkecil terdekat (5,17), dan
mengembalikan nilai dari kolom B yang berada di baris yang sama.
|
kuning
|
=LOOKUP(7,66,
A2:A6, B2:B6)
|
Mencari
7,66 di kolom A, mencocokkan nilai terkecil terdekat (6,39), dan
mengembalikan nilai dari kolom B yang berada di baris yang sama.
|
biru
|
=LOOKUP(0,
A2:A6, B2:B6)
|
Mencari 0
di kolom A, dan mengembalikan kesalahan karena 0 kurang dari nilai yang
terkecil (4,14) di kolom A.
|
#N/A
|
- Agar rumus tersebut
memperlihatkan hasil, Anda mungkin perlu memilihnya dalam lembar bentang
Excel Anda, tekan F2, lalu tekan Enter. Jika perlu, sesuaikan lebar kolom
untuk melihat semua data.
Formulir
array LOOKUP mencari nilai tertentu di baris atau kolom pertama array
dan mengembalikan nilai dari posisi yang sama di baris atau kolom terakhir dari
array tersebut. Gunakan formulir LOOKUP ini ketika nilai yang ingin Anda
cocokkan berada di baris atau kolom pertama array.
Sintaks
LOOKUP(lookup_value,
array)
Sintaks
fungsi LOOKUP bentuk array memiliki argumen ini:
- lookup_value Diperlukan.
Nilai yang dicari LOOKUP dalam sebuah array. Argumen Lookup_value
bisa berupa angka, teks, nilai logika, atau nama atau referensi yang
merujuk ke sebuah nilai.
- Jika LOOKUP tidak dapat
menemukan lookup_value, fungsi itu menggunakan nilai
terbesar dalam array yang lebih kecil dari atau sama dengan lookup_value.
- Jika nilai lookup_value
lebih kecil daripada nilai paling kecil dalam baris atau kolom pertama
(tergantung dari dimensi array), maka LOOKUP mengembalikan nilai
kesalahan #N/A.
- array Diperlukan.
Sebuah rentang sel yang berisi teks, angka, atau nilai logika yang ingin Anda
bandingkan dengan lookup_value.
Bentuk array LOOKUP sangat mirip dengan fungsi HLOOKUP
dan VLOOKUP. Perbedaannya yaitu HLOOKUP mencari nilai lookup_value
dalam baris pertama, VLOOKUP mencari dalam kolom pertama, dan LOOKUP
mencari sesuai dengan dimensi array.
- Jika array mencakup area yang
lebih lebar dari tingginya (lebih banyak kolom daripada baris), maka LOOKUP
mencari nilai lookup_value dalam baris pertama.
- Jika array persegi atau lebih
tinggi daripada lebarnya (lebih banyak baris daripada kolom), maka LOOKUP
mencari di kolom pertama.
- Dengan fungsi HLOOKUP
dan VLOOKUP, Anda dapat mengindeks turun atau ke samping, tapi LOOKUP
selalu memilih nilai terakhir dalam baris atau kolom.
Penting Nilai-nilai dalam array harus disusun
dalam urutan naik : ..., -2, -1, 0, 1, 2, ..., A-Z, FALSE, TRUE; kalau tidak,
maka LOOKUP mungkin tidak mengembalikan nilai yang benar. Teks huruf
besar dan huruf kecil sama saja.
A. Fungsi Logika
Fungsi ini digunakan untuk
menghasilkan suatu nilai (memberikan jawaban) bila logical test menyatakan
BENAR/TRUE (sesuai dengan kriteria), demikian juga sebaliknya, akan
memberikan jawaban lain, apabila hasilnya salah (bukan yang disyaratkan).
Bentuk umum dari fungsi ini
adalah
|
|
|
=IF(LOGICAL_TEXT,VALUE_IF_TRUE,VALUE_IF_FALSE)
|
Artinya apabila ekspresi
logika benar, maka perintah pada value_if_true yang akan dilaksanakan,
sebaliknya apabila ekspresi logika salah, maka perintah pada value_if_false
yang akan dilaksanakan.
Fungsi logika ini menggunakan
operator relasi (operator pembanding) yang ditempatkan pada pernyataan logika.
Operator relasi terdiri atas :
Lambang
|
Arti
|
=
|
Sama Dengan
|
<
|
Lebih Kecil dari
|
>
|
Lebbih Besar dari
|
<=
|
Lebih Kecil atau Sama Dengan
|
>=
|
Lebih Besar atau Sama Dengan
|
<>
|
Tidak Sama Dengan
|
Ada tiga (3) bentuk penggunaan IF
Logika ini antara lain :
1. Fungsi IF Tunggal atau 1 Tes Logika
|
|
|
=IF(Logicaltest,value_if_true,if_value_false)
|
Artinya bila ekspresi logika bernilai
benar maka perintah 1 (value_if_true) akan dikerjakan sebaliknya jika ekspresi
logika bernilai salah maka perintah 2 (value_if_false) yang akan dikerjakan.
Contoh :
Berikanlah keterangan untuk
status perkawinan
K=Kawin, B=Belum Kawin
2. Fungsi IF dengan 2 Tes Logika
a. Fungsi OR
Penggunaan fungsi OR
untuk menyatakan bahwa suatu pernyataan itu benar jika salah satu atau kedua
cell terpenuhi.
Seperti dibawah ini artinya
pernyataan ini benar hanya jika salah satu atau kedua cell, A1 atau A2 bernilai
positif.
Jika fungsi OR ini
digabungkan dengan fungsi logika maka akan menghasilkan persamaan atau rumus :
|
|
|
=IF(OR(LogicalTest1,Logical Test 2), value_if_true,value_if_false)
|
Contoh :
Hadiah (rekreasi) diberikan
kepada siswa yang memiliki nilai lebih besar sama dengan 80 ATAU jumlah
absen diatas 14 kali.
b. Fungsi
And
Penggunaan fungsi AND untuk
menyatakan bahwa suatu pernyataan ini benar hanya jika kedua cell terpenuhi.
Seperti dibawah ini artinya
pernyataan ini benar hanya jika kedua cell A1,A2 semuanya berisi bilangan
positif.
=IF(AND(LogicalTest1,Logical Test 2), value_if_true,value_if_false)
|
Jika fungsi OR ini digabungkan dengan fungsi logika maka akan
menghasilkan persamaan atau rumus :
Contoh :
Hadiah (rekreasi) diberikan
kepada siswa yang memiliki nilai lebih besar sama dengan 80 DAN jumlah
absen diatas 14 kali.
3. Fungsi IF Bercabang
|
|
|
|
=IF(Logicaltest, value_if_true, if_value_false)
|
|
|
|
|
|
=IF(logical test,
value_if_true, if(logicaltest,value_if__true, if(logical test,value_if_true,
value_if_false)
|
Artinya bila ekspresi logika
bernilai benar maka perintah 1 (value_if_true) akan dikerjakan, jika ekspresi
logika bernilai salah maka perintah 2 (logical test 3) yang akan dikerjakan dan
seterusnya sebanyak cabang/tahapan yang dibuat hingga perintah value_if_false
yang tidak dicabangkan lagi.
Contoh :
Pemberian predikat kelulusan
doktor (S-3) atas IPK yang diperoleh dimana 4,00 SumaCumlaude; lebih besar sama
dengan 3,75 adalah cumlaude dan kurang dari 3,75 memuaskan.
B. Fungsi Text
Fungsi text digunakan untuk memotong suatu teks dalam suatu cell untuk
mendapatkan sebanyak krakter tertentu yang diinginkan.
FUNGSI DAN OPERATORS
|
PENGGUNAAN
|
LEFT(Text;num_chars)
|
untuk memotong bagian kiri
suatu text sebanyak karakter tertentu
|
MID(Text;Start_num;num_chars)
|
Untuk memotong teks pada
kedudukan tertentu
|
RIGHT(Text;num_chars)
|
untuk memotong bagian kanan
suatu text sebanyak karakter tertentu
|
CONCATENATE(TEXT1;TEXT2;…)
|
untuk menggabungkan data
text
|
LEN(Text)
|
untuk menghitung panjang
text
|
FUNGSI TEKS (TEXT) BAGIAN DUA
tutorialmicrosoftexcel.net – Microsoft
excel memang sangat powerfull untuk mengolah data-data sederhana dengan bentuk
flat database (non-RDBMS). Fungsi-fungsi dalam excel yang mudah dipahami dan
dipelajari menjadi nilai tambah bagi anda yang baru memulai belajar aplikasi
pengolahan data.
Pada postingan yang lalu Tutorial
Excel telah memberikan materi mengenai fungsi Text pada Excel yang pada dasarnya hanya
sebagian dari fungsi text yang kami jelaskan untuk anda. Pada Tutorial Fungsi
Text Bagian Dua ini kami akan melanjutkan dengan beberapa fungsi text yang
sering digunakan pada Microsoft Excel.
Fungsi LEN
Fungsi LEN digunakan untuk mengetahui jumlah karakter pada
teks termasuk simbol dan spasi.
Syntax : LEN(teks)
teks : dapat berupa teks
langsung seperti =LEN(“Microsoft Excel”) yang
akan menghasilkan nilai 15 karena jumlah karakter pada Microsoft Excel
adalah 15 karakter. Teks juga dapat menggunakan cell yang mewakili teks seperti
=LEN(A3) yang akan menghitung jumlah
karakter pada cell A3
Fungsi LEFT
Fungsi LEFT digunakan untuk
mengambil karakter sebuah teks dari sebelah kiri.
Syntax : LEFT(teks, jumlah_karakter)
teks : dapat
berupa teks langsung seperti =LEFT(“Microsoft
Excel”, 3) yang akan menghasilkan karater “Mic” karena
diambil karakter Microsoft Excel sebanyak 3 karakter dari kiri.
Teks juga dapat menggunakan cell untuk mewakili teks seperti =LEFT(A3,3) yang akan mengambil karakter dari
teks pada cell A3 sebanyak 3 karakter dari kiri.
jumlah_karakter : diisi
dengan jumlah digit karakter yang akan diambil dari teks
Fungsi RIGHT
Fungsi RIGHT digunakan untuk
mengambil karakter sebuah teks dari sebelah kanan. Merupakan kebalikan dari
fungsi LEFT.
syntax : RIGHT(teks, jumlah_karakter)
Untuk keterangan sama dengan
pada fungsi LEFT karena secara penulisan, hanya saja fungsi RIGHT mengambil
karakter dari kanan. Contoh =RIGHT(“Microsoft Excel”, 3) akan menghasilkan
karakter “cel“.
Fungsi MID
Fungsi MID digunakan untuk
mengambil karakter dari tengah teks.
syntax : MID(teks, no_urut_mulai, jumlah_karakter)
teks : untuk
keterangan teks sama dengan fungsi teks yang telah dijelaskan tadi.
no_urut_mulai : adalah
angka yang menentukan dari karakter berapa kita akan ambil atau menunjukkan
posisi awal karakter dari teks yang akan kita ambil. Untuk no_urut_mulai
dihitung dari kiri. Jika angka no_urut_mulai lebih besar dari jumlah
karakter maka kita akan menemukan pesan error pada microsoft Excel #VALUE.
jumlah_karakter : adalah
nilai dari jumlah karakter yang akan kita ambil dimulai dari no_urut_mulai.
Jika jumlah_karakter benilai negatif maka akan muncul pesan error #VALUE,
jumlah_karakter harus lebih atau sama dengan nol (0).
Untuk lebih
memahami fungsi MID lihat ilustrasi gambar dibawah ini.
Fungsi
PROPER
Fungsi PROPER digunakan untuk
merubah karakter pertama Kata pada teks menjadi huruf KAPITAL. Contoh =PROPER(“tutorial microsoft excel”) akan menjadi Tutorial
Microsoft Excel.
syntax : PROPER(teks).
Fungsi UPPER
Fungsi UPPER akan merubah
semua karakter pada teks menjadi huruf KAPITAL. Contoh =UPPER(“tutorial microsoft excel”) akan menjadi TUTORIAL
MICROSOFT EXCEL.
syntax : UPPER(teks)
Fungsi LOWER
Fungsi LOWER akan merubah semua
karakter pada teks menjadi huruf kecil. Contoh =LOWER(“Tutorial
MICROSOFT excel”) akan menjadi tutorial microsoft excel
Pengertian
SPSS Dan Keunggulan SPSS
SPSS adalah sebuah program komputer yang digunakan
untuk membuat analisis statistika. SPSS dipublikasikan oleh SPSS Inc.
Microsoft
Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja
spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporatio makanan
rinagn Microsoft Windows dan Mac OS. Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan
pembuatan grafik yang, dengan menggunakan strategi marketing Microsoft yang
agresif, menjadikan Microsoft Excel sebagai salah satu program komputer yang
populer digunakan di dalam komputer mikro hingga saat ini. Bahkan, saat ini
program ini merupakan program spreadsheet paling banyak digunakan oleh banyak
pihak, baik di platform PC berbasis Windows maupun platform Macintosh berbasis
Mac OS, semenjak versi 5.0 diterbitkan pada tahun 1993. Aplikasi ini merupakan
bagian dari Microsoft Office System, dan versi terakhir adalah versi Microsoft
Office Excel 2013 yang diintegrasikan di dalam paket Microsoft Office System 2013.
Statistik
Deskriptif dengan SPSS
Statistik selalu digunakan ketika parameter
yang menggambarkan karakteristik populasi tidak diketahui.
Statistik akan mengambil sebagian (kecil) dari populasi untuk dilakukan
pengukuran, kemudian hasil pengukuran tersebut dijadikan sebagai kesimpulan
terhadap keseluruhan populasi. Sebagian (kecil) dari populasi tersebut
dinamakan sampel. Ibarat kita ingin mengetahui rasa sepanci sayur
asam, kita tidak perlu menenggak satu panci tapi cukup mencicipinya sebanyak
satu sendok.
Terdapat dua
jenis statistik yang digunakan ketika penelitian, yaitu: statistik
deskriptif (descriptive statistics) dan statistik inferensi (inferential
statistics). Statistik deskriptif hanya menggambarkan data atau
seperti apa data ditunjukkan, sementara statistik inferensi mencoba untuk
mencapai kesimpulan (bersifat induktif) dari data dengan kondisi
yang lebih umum (Trochim, 2006), misal: point estimation, confidence
interval estimation, hypothesis testing.
Statistik
deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian
suatu gugus data sehingga menaksir kualitas data berupa jenis variabel,
ringkasan statistik (mean, median, modus, standar deviasi, etc), distribusi,
dan representasi bergambar (grafik), tanpa rumus probabilistik
apapun (Walpole, 1993; Correa-Prisant, 2000; Dodge, 2006). Pada SPSS, analisis
statistik deskriptif dilakukan dengan meng-klik menu Klik [Analyze] -> [Descriptive
Statistics], kemudian terdapat pilihan: Frequencies,
Descriptives, Explore,
Crosstabs, dan Ratio.
Dalam penelitian-penelitian, perintah-perintah ini sering diabaikan karena
memang dalam beberapa fungsi analisis lain sudah otomatis tercantum analisis
deskriptifnya.
Dengan data
sebagaimana ditunjukkan Tabel 1 di bawah ini, kita akan mempraktekkan operasi
submenu Frequencies, Descriptives,
Explore, dan Crosstabs.
Fungsi Ratio tidak akan dibahas karena bagi
saya; yang belajar di SPSS 11, ini tergolong baru :)
, fasilitas Ratio mulai diperkenalkan pada
SPSS versi 11.5, pada dasarnya berfungsi menyediakan ringkasan statistik yang
berupa rasio-rasio.
Tabel 1
Data Nilai Mahasiswa (bukan data sebenarnya)
Nama
|
Usia
|
Jenis
Kelamin
|
Nilai APK
|
Nilai PPC
|
Nilai PLO
|
Suhairi
|
20
|
Laki-Laki
|
80
|
50
|
70
|
Ambon
|
21
|
Laki-Laki
|
70
|
70
|
90
|
Astri
|
22
|
Perempuan
|
60
|
80
|
70
|
Henri
|
21
|
Laki-Laki
|
80
|
90
|
60
|
Yugos
|
22
|
Laki-Laki
|
90
|
60
|
70
|
Muji
|
19
|
Perempuan
|
70
|
80
|
80
|
Tatang
|
20
|
Laki-Laki
|
60
|
70
|
40
|
Ferdi
|
21
|
Laki-Laki
|
60
|
90
|
60
|
Arsyad
|
21
|
Laki-Laki
|
70
|
70
|
40
|
Fauzan
|
21
|
Laki-Laki
|
90
|
80
|
60
|
*) Laki-Laki (Value: 1),
Perempuan (Value: 2)
Langkah pertama
yang perlu dilakukan adalah meng-
entry data, tentunya anda perlu paham
dasar-dasar SPSS (silahkan baca posting sebelumnya yang berjudul:
Dasar-Dasar SPSS).
Entry
data dilakukan pada
tab sheet Data View setiap baris
mewakili satu responden, sedangkan setiap kolom mewakili satu
variabel, dalam kasus ini variabelnya adalah: Nama, Usia, Jenis Kelamin, Nilai
APK, Nilai PPC, dan Nilai PLO. Berikut langkah-langkah
entry datanya:
- Masukkan
variabel: Nama untuk “Nama”, Usia untuk “Usia”, Gender
untuk “Jenis Kelamin”, APK untuk “Nilai
APK”, PPC untuk “Nilai PPC”, dan PLO untuk “Nilai PLO” pada kolom Name pada tab sheet [Variable View].
- Berilah
label untuk masing-masing variabel dengan menuliskannya pada kolom Label: Usia, Jenis Kelamin, Nilai APK,
Nilai PPC, dan Nilai
PLO. Hal ini berarti: variabel Gender mempunyai label “Jenis
Kelamin”, variabel APK mempunyai label “Nilai APK”, dan seterusnya.
- Untuk
variabel Gender pada kolom Values, definisikan Value:
1 = Laki-laki
dan Value: 2
= Perempuan.
- Untuk
variabel Nama (baris pertama ) pada kolom Type, ubah tipe data menjadi String.
- Pada
kolom Decimals isi nol untuk semua
variabel.
- Untuk
kolom lainnya seperti Width, Missing, dan Columns
biarkan tetap default SPSS.
- Jangan
lupa ”save” atau tekan Ctrl + S. Secara default SPSS akan
memberi nama file: data_1.sav, saya
merubah nama file menjadi eRiskProject_1.sav.
Gambar 1. Entry Variabel pada Tab Sheet Variable
View
- Kemudian
klik tab sheet [Data View]
dan mulailah meng-entry data seperti yang diperlihatkan Gambar 2
di bawah ini.
Gambar 2. Entry Data pada Tab Sheet Data View
- Untuk
melihat hasil definisi Value pada variabel
Gender, klik ikon
, variabel
Gender akan terdefinisi menjadi laki-laki dan perempuan, tidak lagi berisi
angka 1 dan 2.
- Selanjutnya,
kita ingin menjumlahkan nilai APK, PPC, dan PLO, Klik menu [Transform] –> [Compute],
muncul dialog box Compute
Variable.
- Buatlah
variabel baru dengan nama “total” untuk
menempatkan hasil penjumlahan nilai APK, PPC, dan PLO, caranya: tuliskan “total” pada form Target Variable. Kemudian Klik [Type
& Label], beri label “Nilai Total“.
- Ketik
“APK + PPC + PLO” (sesuai nama variabel dan
perintah penjumlahan ) pada form Numeric
Expression. Anda juga dapat menggunakan tombol-tombol yang tersedia
pada dialog box, lihat Gambar 3.
Gambar 3. Contoh Perintah Penjumlahan pada
Dialog Box Compute Variable
- Klik
[OK]. Pada Data View akan muncul
variabel baru dengan nama “Total” (lihat Gambar 4).
Gambar 4. Output dari Perintah Penjumlahan
pada Dialog Box Compute Variable
Setelah data di-entry,
selanjutnya memulai menggunakan perintah-perintah statistik deskriptif. Tahap
pertama adalah menggunakan perintah Frequencies.
1. Frequencies
Perintah Frequencies
digunakan untuk memperoleh jumlah pada nilai-nilai sebuah variabel tunggal.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Klik
menu [Analyze] -> [Descriptive Statistics] -> [Frequencies].
- Muncul
dialog box Frequencies.
Klik “Jenis Kelamin [Gender]” ‐> klik
, (untuk
memasukkan variabel Jenis Kelamin ke
form Variables(s).
Kita akan menganalisis variabel Jenis Kelamin.
- Jangan
lupa centang Display frequency tables.
Gambar 5. Dialog Box Frequencies
- Agar
menampilkan representasi bergambar (grafik), klik [Charts],
maka akan muncul dialog box Frequencies:
Charts. Saya memilih Bar
charts pada form Chart Type.
Pada form Chart Values , saya memilih Percentages (Lihat Gambar 6).
Gambar 6. Menampilkan Bar Charts pada Dialog
Box Frequencies: Charts
- Kemudian
klik [Continues] untuk kembali ke dialog
box Frequencies
lalu klik [OK] maka muncul jendela SPSS
Viewer yang menunjukkan hasil analisis frekuensi (lihat Gambar
7).
a) Sebelah kiri adalah Outline view
dalam bentuk tree files, fungsinya sebagai navigasi dalam melihat outputanalisis.
b) Sebelah
kanan adalah Display output, fungsinya menampilkan seluruh
hasil analisis yang telah kita lakukan.
|
Gambar 7. Display Output pada SPSS Viewer
Pada Gambar 7
terlihat hasil analisis SPSS, di mana pada tabel pertama N Valid = 10 yang
menunjukkan jumlah responden 10 orang dan N Missing = 0 yang berarti tidak ada
data yang hilang (missing). Pada tabel yang kedua terlihat hasil
analisis Frequencies terhadap variabel Jenis
Kelamin, di mana jumlah responden laki-laki 8 orang (80%) dan responden
perempuan ada 2 orang (20%). Jika scroll digeser ke bawah akan
terlihat Bar Chart (lihat Gambar 8) yang menunjukkan visualisasi
jumlah responden laki-laki dan perempuan.
Gambar 8. Bar Chart
Perhatikan
kriteria “laki-laki” dan “perempuan“, ini merupakan hasil definisi value
variabel Gender pada kolom Values, di mana Value:
1 = Laki-laki dan
Value: 2 = Perempuan. Jika definisi value diabaikan maka pada bar
chart maupun tabel analisis yang terlihat bukan laki-laki
dan perempuan melainkan 1
dan 2. Begitu juga judul tabel dan judul
histogram: “jenis kelamin“, ini merupakan hasil
dari proses label yang telah kita lakukan untuk variabel Gender. Fungsi label ini bermanfaat untuk para pembaca
analisis, misal penguji pada sidang Tugas Akhir / Skripsi. Selanjutnya adalah
penggunaan perintah Descriptives.
2. Descriptives
Dengan menggunakan data sebelumnya
langkah-langkah perintah Descriptives adalah
sebagai berikut:
- Klik
menu [Analyze] -> [Descriptives Statistics] -> [Descriptives].
- Muncul
dialog box Descriptives.
Masukkan variabel yang akan dianalisis ke form Variables(s). Untuk melakukan
setting optional klik [Options].
- Muncul
dialog box Descriptives:
Options. Centang analisis yang diperlukan. Dalam hal ini
pilihannya adalah: Mean, Std. deviation, Minimum,
Maximum, Kurtosis,
Skewness, dan pada form Display Order centang Variable list.
Gambar 9. Langkah-Langkah Descriptives
Statistics
- Klik
[Continue] dan [OK].
Hasil analisis akan terlihat seperti tabel yang ditunjukkan Gambar 10 di
bawah ini:
Gambar 10. Output Descriptives
Tabel output
di atas menunjukkan jumlah pengukuran (N), nilai minimum (Minimum), nilai
maksimum (Maximum), nilai rata-rata (Mean), standar deviasi (Std.), Skewness,
dan Kurtosis dari masing-masing variabel. Nilai skewness merupakan
ukuran kesimetrisan histogram, sedangkan kurtosis merupakan ukuran
datar atau runcingnya histogram. Idealnya nilai skewness dan kurtosis pada
distribusi normal adalah nol. Oleh karena itu:
- Jika
nilai skewness positif maka distribusi data “miring ke kiri distribusi
normal” (ada frekuensi nilai yang tinggi di sebelah kiri titik tengah
distribusi normal), sebaliknya apabila skewness negatif maka distribusi
data ”miring ke kanan distribusi normal” (kiri bagi kita yang melihatnya).
- Jika
nilai kurtosis positif maka distribusi data “meruncing” (ada satu nilai
yang mendominasi), sebaliknya apabila Kurtosis Negatif maka distribusi
data “melandai” (varians besar).
Perhatikan Gambar
10 di atas, variabel Usia memiliki skewness negatif dan kurtosis positif,
artinya distribusinya “miring ke kiri distribusi normal” dan “meruncing”. Pada
variabel nilai APK, nilai skewness positif dan nilai kurtosis negatif, artinya
distribusinya “miring ke kanan distribusi normal” dan “melandai”. Sebagai
pembuktian, buat histogram untuk variabel Usia dan Nilai APK. Berikut caranya:
- Klik
menu [Graphs] -> [Histogram], maka muncul dialog box Histogram.
- Pilih
variabel Usia dan masukkan dalam form
Variable.
- Centang
Display normal curve, untuk memperlihatkan
kurva normal.
- Selanjutnya
klik [OK].
Lakukan langkah yang sama untuk variabel nilai
APK. Hasilnya bisa dilihat pada Gambar 12.
Gambar 11. Menampilkan Histogram bersama Kurva
Normal
Gambar 12. Analisis Skewness dan Kurtosis pada
Histogram
Gambar 12 di atas
menunjukkan histogram untuk variabel Usia memiliki distribusi “miring ke
kiri distribusi normal” karena nilainya skewness negatif dan “meruncing”
karena nilai kurtosis positif. Sebaliknya, histogram untuk variabel Nilai
APK memiliki distribusi “miring ke kanan distribusi normal” karena
nilainya skewness positif dan “melandai” karena nilai kurtosis negatif.
Di sini, anda bisa menentukan apakah distribusi tersebut normal atau tidak.
Anda bisa saja menyatakan normal, karena menyerupai bentuk lonceng tetapi agak
serong, tapi orang lain mungkin akan menyatakan tidak normal karena jauh
dari bentuk lonceng. Jika sulit mengambil keputusan, silahkan lakukan pengujian
normalitas yang lebih advance, misal dengan Uji Kolmogorov-Smirnov.
Selanjutnya, kita masuk pada penggunaan perintah Explore.
3. Explore
Perintah Explore
digunakan untuk membandingkan antara dua atau lebih kelompok dengan satu
variabel. Sebagai contoh, jika kita menggunakan Jenis
Kelamin sebagai variabel independen; variabel ini mendefinisikan
kelompok (Laki-Laki dan Perempuan),
kemudian membandingkannya dengan variabel lain, seperti Usia. Perintah Explore;
contoh dalam kasus mean, akan menghasilkan berapa
rata-rata usia laki-laki dan berapa rata-rata usia perempuan.
Ukuran-ukuran yang dihasilkan perintah Explore
antara lain: ukuran-ukuran pemusatan data (mean dan median),
ukuran penyebaran (range, interquartile range, standar
deviasi, varians, minimum, dan maksimum), ukuran kurtosis, dan skewness.
Berikut
langkah-langkah perintah Explore:
- Klik
menu [Analyze] -> [Descriptives Statistics] -> [Explore].
- Muncul
dialog box Explore.
- form Factor List, isi: variabel Jenis Kelamin.
- form Dependent List, isi: variabel Usia, Nilai APK, Nilai PPC, Nilai PLO,
dan Nilai Total.
- Form Display ada tiga pilihan Both, Statistics, dan Plots. Saya hanya memilih [Statistics].
-
Klik [Plots] bila perlu grafik boxplot.
-
Klik [Statistics] bila tidak perlu grafik
boxplot.
-
Klik [Both] bila perlu keduanya.
- Terakhir
klik [OK].
Gambar 13. Dialog Box Explore
Gambar 14. Contoh Output Explore untuk
Variabel Usia
Selanjutnya, kita
masuk pada penggunaan perintah Crosstabs.
4. Crosstabs
Jika perintah Frequencies
digunakan untuk memperoleh jumlah pada nilai-nilai sebuah variabel tunggal,
perintah Crosstabs digunakan untuk
memperoleh jumlah pada nilai-nilai lebih dari satu variabel. Apabila analisis
statistik deskriptif sebelumnya mengolah data secara keseluruhan dalam setiap
variabel dengan menghitung perhitungan statistik seperti Mean, Standar deviasi,
Kurtosis, etc. Pada Crosstabs, setiap nilai
pada variabel yang dianalisis dijabarkan jumlahnya, dengan begitu kita dapat
mengetahui berapa jumlah subyek laki-laki yang berusia 19 tahun, 20 tahun, dst.
Deskripsi data pada Crosstabs akan disajikan
dalam bentuk tabel silang (crosstab) yang terdiri dari baris dan
kolom.
Berikut
langkah-langkah perintah Crosstabs:
- Klik
menu [Analyze] -> [Descriptives Statistics] -> [Crosstabs].
- Muncul
dialog box Crosstabs.
- form Column(s), isi: variabel Jenis Kelamin.
- form Row(s), isi dengan variabel yang akan
dianalisis, dalam hal ini isi dengan variabel Usia.
Gambar 15. Dialog Box Crosstabs
- Klik
pilihan [Display clustered bar charts],
pilihan ini untuk menampilkan chart bar dari output.
- Untuk
dialog box [Statistics], [Cells], dan [Format]
biarkan sesuai dengan default SPSS.
- Terakhir
klik [OK].
Gambar 16. Output Crosstabs
Gambar 17. Clustered Bar Charts
Statistik
deskriptif memberikan informasi inti dari kumpulan data, seperti ukuran-ukuran
pemusatan data
(mean dan
median), ukuran penyebaran
(range,
interquartile range, standar deviasi, varians, minimum, dan maksimum),
ukuran
kurtosis, dan
skewness serta representasi
piktorialnya. Tabel, diagram, dan grafik yang sering ditemukan di majalah dan
koran-koran merupakan salah satu contoh penggunaan statistik deskriptif.
KORELASI
Merupakan
teknik statistik yang digunakan untuk meguji ada/tidaknya hubungan serta arah
hubungan dari dua variabel atau lebih
Korelasi yang akan
dibahas dalam pelatihan ini adalah :
1.
Korelasi sederhana pearson & spearman
2. Korelasi partial
3. Korelasi ganda.
KOEFISIEN KORELASI
Besar kecilnya hubungan
antara dua variabel dinyatakan dalam bilangan yang disebut Koefisien Korelasi
a. Besarnya Koefisien
korelasi antara -1 0 +1
b. Besaran koefisien korelasi -1 & 1 adalah korelasi yang sempurna
c. Koefisien korelasi 0 atau mendekati 0 dianggap tidak berhubungan antara dua
variabel yang diuji
ARAH HUBUNGAN
a. Positif (Koefisien 0
s/d 1)
b. Negatif (Koefisien 0 s/d -1)
c. Nihil (Koefisien 0)
PEARSON CORRELATION
Digunakan untuk data
interval & rasio
Distribusi data normal
Terdiri dari dua variabel
1 Variabel X (Independen)
1 Variabel Y (dependen)
CONTOH
Judul: Hubungan antara
intensitas belajar dengan prestasi mata kuliah statistik
Variabel X : Intensitas
belajar (diukur dari lamanya belajar dalam satu minggu)
Variabel Y : Prestasi matakuliah statistik (diukur dari nilai ujian akhir semester)
Hipotesa:
H0: Tidak ada hubungan
antara Intenitas belajar dengan prestasi mata kuliah statistik
Ha: Ada hubungan antara Intenitas belajar dengan prestasi mata kuliah statistik
INPUT DATA KE SPSS
SPSS
Ada dua view dalam SPSS
a. Data View :
digunakan untuk memasukkan data yang akan dianalisis
b. Variabel View : digunakan untuk memberi nama variabel dan pemberian koding.
UJI NORMALITAS
INTERPRESTASI NORMALITAS
TAHAP ANALISIS
INTERPRETASI
Untuk pengambilan
keputusan statistik, dapat digunakan 2 cara:
Apabila
Koefisien Korelasi > r tabel, Maka ada korelasi yang signifikan (Ha
Diterima)
Apabila Koefisien Korelasi < r tabel, Maka tidak ada korelasi
yang signifikan (H0 Diterima)
2. Melihat Sig.
Apabila
nilai Sig. < 0,05 Maka ada korelasi yang signifikan (Ha Diterima)
Apabila nilai Sig. > 0,05 Maka tidak ada korelasi yang
signifikan (H0 Diterima)
Arah hubungan:
Dilihat dari tanda
koefisien korelasi
Tanda (-)
berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah
Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga
tinggi
a. Digunakan untuk
jenis data ordinal
b. Cara analisis dan interpretasi sama dengan Pearson.
c. Perbedaan hanya pada waktu memilih box yang diaktifkan adalah box spearman.
KORELASI PARTIAL
Korelasi yang digunakan
untuk menguji hubungan dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel
dependen dan dilakukan pengendalian pada salah satu variabel independennya
CONTOH
Judul: Hubungan antara
biaya promosi dan penjualan dengan mengendalikan jumlah outlet
Variabel X1: Biaya Promosi
Variabel X2: Jumlah outlet (dikendalikan)
Variabel Y: Penjualan
Hipotesa:
H0: Tidak ada hubungan
antara biaya promosi dengan penjualan apabila jumlah outlet dikendalikan
Ha: Ada hubungan antara biaya promosi dengan penjualan apabila jumlah outlet dikendalikan
CONTOH
Buka data : Korelasi
ganda dan partial.sav Data
ANALISIS
KORELASI PARTIAL
OUTPUT PARTIAL
KORELASI GANDA
Korelasi yang digunakan
untuk menguji hubungan dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel
dependen secara bersamaan.
CONTOH
Judul: Hubungan antara
biaya promosi dan jumlah outlet dengan penjualan
Variabel X1:
Biaya Promosi
Variabel X2: Jumlah outlet
Variabel Y: Penjualan
Hipotesa:
H0: Tidak ada
hubungan antara biaya promosi dan jumlah outlet dengan penjualan
Ha: Ada hubungan antara biaya promosi dan jumlah outlet dengan penjualan
CONTOH
Buka data :
Korelasi ganda dan partial.sav Data
KORELASI GANDA
INTERPRETASI KORELASI GANDA
a. Untuk
menginterpretasi korelasi ganda lihat nilai R, semakin mendekati 1 maka
korelasi semakin kuat
b. Guna memperkaya analisis, sebelum dianalisis korelasi ganda dapat juga
ditambahkan analisis korelasi pada masing-masing variabel independen dengan
variabel dependen (caranya sama dengan analisis korelasi pearson.
REGRESI
a. Analisis regresi
adalah analisis lanjutan dari korelasi
b. Menguji sejauh mana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
setelah diketahui ada hubungan antara variabel tersebut
c. Data harus interval/rasio
d. Data Berdistribusi normal.
Yang akan dibahas dalam
pelatihan ini adalah:
a. Regresi sederhana:
yaitu regresi untuk 1 variabel independen dengan 1 variabel dependen
b. Regresi ganda: yaitu regresi untuk lebih dari satu variabel independen
dengan 1 variabel dependen.
REGRESI SEDERHANA
Buka data : Pearson.sav
Data
INTERPRETASI REGRESI SEDERHANA
Output 1
Lihat nilai R = 0,843
ini berarti bahwa korelasi antara variabel X dengan Y adalah 0,843
INTERPRETASI REGRESI
SEDERHANA
OTPUT 2
- Untuk
melihat signifikansi persamaan regresi dapat dilihat dari nilai F = 81,329
dan dibandingkan dengan F tabel
- Apabila
nilai F < F tabelmaka persamaan garis regresi tidak dapat digunakan
untuk prediksi
- Apabila
nilai F > F tabelmaka persamaan garis regresi dapat digunakan untuk
prediksi
- Selain
itu dapat pula dengan melihat nilai Sig. dapat digunakan untuk prediksi
apabila nilai Sig. < 0,05
INTERPRETASI REGRESI
SEDERHANA
OUTPUT 3
- Untuk
membuat persamaan garis regresi dapat dilihat dari kolom B.
- Constan
= 38,481 dan intensitas belajar= 2,978
- Berarti
persamaan garisnya adalah: Y=38,481 + 2,978 X.
REGRESI GANDA
- Digunakan
untuk analisis regresi dengan jumlah variabel independen lebih dari satu
dengan satu variabel dependen
- Ada
tambahan asumsi yang harus dipenuhi, yaitu tidak boleh ada korelasi antar
variabel-variabel independennya (multikolinearitas)
CONTOH
Buka data : Korelasi
ganda dan partial.sav
INTERPRETASI REGRESI
GANDA
Output 1
Lihat nilai R = 0,976
ini berarti bahwa korelasi antara variabel X1dan X2secara bersamaan dengan Y
adalah 0,976.
INTERPRETASI REGRESI
GANDA
Output 2
Untuk melihat
signifikansi persamaan regresi dapat dilihat dari nilai F = 118,294 dan
dibandingkan dengan F tabel
- Apabila
nilai F < F tabelmaka persamaan garis regresi tidak dapat digunakan
untuk prediksi
- Apabila
nilai F > F tabelmaka persamaan garis regresi dapat digunakan untuk
prediksi
- Selain
itu dapat pula dengan melihat nilai Sig. dapat digunakan untuk prediksi
apabila nilai Sig. < 0,05
INTERPRETASI REGRESI
GANDA
Output 3
Untuk membuat persamaan
garis regresi dapat dilihat dari kolom B.
- Constan
= 64,639
- Biaya
promosi= 2,342
- Jumlah
Outlet= 0,535
- Berarti
persamaan garisnya adalah: Y=64,639 + 2,342 biaya promosi + 0,535
Jumlah Outlet
INTERPRETASI REGRESI
GANDA
Output 4
Identifikasi
kolinieritas dapat dilakukan dengan melihat:
- Output
3, Kolom VIF. : terjadi kolinearitas apabila nilai VIF > 5
- Output
4, Kolom eugenvalue: terjadi kolinearitas apabila nilai eugenvalue
mendekati 0
- Output
4, Kolom condition index: terjadi kolinearitas apabila nilai condition
index > 15. Dikatakan parah apabila > 30
REGRESI
DAN CONTOH
Analisis Regresi Linear Sederhana
(Simple Linear Regression)
Analisis Regresi
Linear Sederhana – Regresi Linear
Sederhana adalah Metode Statistik yang berfungsi untuk menguji sejauh
mana hubungan sebab akibat antara Variabel Faktor Penyebab (X) terhadap
Variabel Akibatnya. Faktor Penyebab pada umumnya dilambangkan dengan X atau
disebut juga dengan Predictor sedangkan Variabel Akibat dilambangkan dengan Y
atau disebut juga dengan Response. Regresi Linear Sederhana atau sering
disingkat dengan SLR (Simple Linear Regression) juga merupakan salah satu
Metode Statistik yang dipergunakan dalam produksi untuk melakukan peramalan
ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas maupun Kuantitas.
Contoh Penggunaan
Analisis Regresi Linear Sederhana dalam Produksi antara lain :
- Hubungan antara Lamanya Kerusakan Mesin dengan Kualitas
Produk yang dihasilkan
- Hubungan Jumlah Pekerja dengan Output yang diproduksi
- Hubungan antara suhu ruangan dengan Cacat Produksi yang
dihasilkan.
Model Persamaan Regresi
Linear Sederhana adalah seperti berikut ini :
Y = a + bX
Dimana :
Y = Variabel Response atau Variabel Akibat (Dependent)
X = Variabel Predictor atau Variabel Faktor Penyebab (Independent)
a = konstanta
b = koefisien regresi (kemiringan); besaran Response yang ditimbulkan oleh
Predictor.
Nilai-nilai a dan b dapat
dihitung dengan menggunakan Rumus dibawah ini :
a = (Σy)
(Σx²) – (Σx) (Σxy)
. n(Σx²) – (Σx)²
b = n(Σxy)
– (Σx) (Σy)
. n(Σx²) – (Σx)²
Berikut ini adalah
Langkah-langkah dalam melakukan Analisis Regresi Linear Sederhana :
- Tentukan Tujuan dari melakukan Analisis Regresi Linear
Sederhana
- Identifikasikan Variabel Faktor Penyebab (Predictor) dan
Variabel Akibat (Response)
- Lakukan Pengumpulan Data
- Hitung X², Y², XY dan total dari masing-masingnya
- Hitung a dan b berdasarkan rumus diatas.
- Buatkan Model Persamaan Regresi Linear Sederhana.
- Lakukan Prediksi atau Peramalan terhadap Variabel Faktor
Penyebab atau Variabel Akibat.
Contoh Kasus Analisis Regresi Linear
Sederhana
Seorang Engineer ingin
mempelajari Hubungan antara Suhu Ruangan dengan Jumlah Cacat yang
diakibatkannya, sehingga dapat memprediksi atau meramalkan jumlah cacat
produksi jika suhu ruangan tersebut tidak terkendali. Engineer tersebut
kemudian mengambil data selama 30 hari terhadap rata-rata (mean) suhu ruangan
dan Jumlah Cacat Produksi.
Penyelesaian
Penyelesaiannya mengikuti
Langkah-langkah dalam Analisis Regresi Linear Sederhana adalah sebagai berikut
:
Langkah 1 :
Penentuan Tujuan
Tujuan : Memprediksi Jumlah Cacat Produksi jika suhu ruangan
tidak terkendali
Langkah 2 :
Identifikasikan Variabel Penyebab dan Akibat
Varibel Faktor
Penyebab (X) : Suhu Ruangan,
Variabel Akibat (Y) : Jumlah Cacat Produksi
Langkah 3 :
Pengumpulan Data
Berikut ini adalah data
yang berhasil dikumpulkan selama 30 hari (berbentuk tabel) :
Tanggal
|
Rata-rata Suhu Ruangan
|
Jumlah Cacat
|
1
|
24
|
10
|
2
|
22
|
5
|
3
|
21
|
6
|
4
|
20
|
3
|
5
|
22
|
6
|
6
|
19
|
4
|
7
|
20
|
5
|
8
|
23
|
9
|
9
|
24
|
11
|
10
|
25
|
13
|
11
|
21
|
7
|
12
|
20
|
4
|
13
|
20
|
6
|
14
|
19
|
3
|
15
|
25
|
12
|
16
|
27
|
13
|
17
|
28
|
16
|
18
|
25
|
12
|
19
|
26
|
14
|
20
|
24
|
12
|
21
|
27
|
16
|
22
|
23
|
9
|
23
|
24
|
13
|
24
|
23
|
11
|
25
|
22
|
7
|
26
|
21
|
5
|
27
|
26
|
12
|
28
|
25
|
11
|
29
|
26
|
13
|
30
|
27
|
14
|
Langkah 4 :
Hitung X², Y², XY dan total dari masing-masingnya
Berikut ini adalah tabel
yang telah dilakukan perhitungan X², Y², XY dan totalnya :
Tanggal
|
Rata-rata Suhu Ruangan (X)
|
Jumlah
Cacat (Y)
|
X2
|
Y2
|
XY
|
1
|
24
|
10
|
576
|
100
|
240
|
2
|
22
|
5
|
484
|
25
|
110
|
3
|
21
|
6
|
441
|
36
|
126
|
4
|
20
|
3
|
400
|
9
|
60
|
5
|
22
|
6
|
484
|
36
|
132
|
6
|
19
|
4
|
361
|
16
|
76
|
7
|
20
|
5
|
400
|
25
|
100
|
8
|
23
|
9
|
529
|
81
|
207
|
9
|
24
|
11
|
576
|
121
|
264
|
10
|
25
|
13
|
625
|
169
|
325
|
11
|
21
|
7
|
441
|
49
|
147
|
12
|
20
|
4
|
400
|
16
|
80
|
13
|
20
|
6
|
400
|
36
|
120
|
14
|
19
|
3
|
361
|
9
|
57
|
15
|
25
|
12
|
625
|
144
|
300
|
16
|
27
|
13
|
729
|
169
|
351
|
17
|
28
|
16
|
784
|
256
|
448
|
18
|
25
|
12
|
625
|
144
|
300
|
19
|
26
|
14
|
676
|
196
|
364
|
20
|
24
|
12
|
576
|
144
|
288
|
21
|
27
|
16
|
729
|
256
|
432
|
22
|
23
|
9
|
529
|
81
|
207
|
23
|
24
|
13
|
576
|
169
|
312
|
24
|
23
|
11
|
529
|
121
|
253
|
25
|
22
|
7
|
484
|
49
|
154
|
26
|
21
|
5
|
441
|
25
|
105
|
27
|
26
|
12
|
676
|
144
|
312
|
28
|
25
|
11
|
625
|
121
|
275
|
29
|
26
|
13
|
676
|
169
|
338
|
30
|
27
|
14
|
729
|
196
|
378
|
Total (Σ)
|
699
|
282
|
16487
|
3112
|
6861
|
Langkah 5 :
Hitung a dan b berdasarkan rumus Regresi Linear Sederhana
Menghitung Konstanta (a)
:
a = (Σy)
(Σx²) – (Σx) (Σxy)
. n(Σx²) – (Σx)²
a = (282)
(16.487) – (699) (6.861)
30 (16.487) – (699)²
a = -24,38
Menghitung Koefisien
Regresi (b)
b = n(Σxy)
– (Σx) (Σy)
. n(Σx²) – (Σx)²
b = 30 (6.861) –
(699) (282)
. 30 (16.487) – (699)²
b = 1,45
Langkah 6 : Buat
Model Persamaan Regresi
Y = a + bX
Y = -24,38 + 1,45X
Langkah 7 :
Lakukan Prediksi atau Peramalan terhadap Variabel Faktor Penyebab atau Variabel
Akibat
I. Prediksikan Jumlah
Cacat Produksi jika suhu dalam keadaan tinggi (Variabel X), contohnya : 30°C
Y = -24,38 + 1,45 (30)
Y = 19,12
Jadi Jika Suhu ruangan
mencapai 30°C, maka akan diprediksikan akan terdapat 19,12 unit
cacat yang dihasilkan oleh produksi.
II. Jika Cacat Produksi
(Variabel Y) yang ditargetkan hanya boleh 4 unit, maka berapakah suhu ruangan
yang diperlukan untuk mencapai target tersebut ?
4 = -24,38 + 1,45X
1,45X = 4 + 24,38
X = 28,38 / 1,45
X = 19,57
Jadi Prediksi Suhu
Ruangan yang paling sesuai untuk mencapai target Cacat Produksi adalah
sekitar 19,57°C